TEGAS TERHADAP PERILAKU ANAK (TOLAK LGBT)

Dengan tegas kalau perlu tegur dan marahi dia

Bahkan bukan sekedar bersifat pasif dan defensif,  kita Justru harus memberikan perilaku proaktif terhadap orang-orang semacam ini, mendakwahinya menyatakan bawa perbuatannya keliru,  dan agama tidak menyukai perbuatan yang semacam itu. Tapi tetap tentunya dengan lemah lembut kasih sayang, tidak mengkriminalisasi, tidak melakukan pemojokan yang membuat mereka semakin defensif terkucil dan mempertahankan kebiasaan buruknya

Waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan para pengidap lgbt itu sangat beragam jika penyebabnya adalah pergaulan yang keliru, itu dapat diperbaiki tidak terlalu sulit, mungkin 1 sampai 3 bulan pun sudah bisa masalahnya menjadi lebih rumit jika penyebabnya adalah pola asuh yang keliru Atau dia pernah mengalami Trauma di masa lalu jika kedua penyebab itu yang terjadi, maka kita membutuhkan kesabaran yang lebih lama. Bisa dalam rentang waktu mungkin cuma 3 bulan bahkan bisa sampai 1 tahun.  Terima kasih

Meli, iip Jakarta:
Apakah Bisa diperjelas yang dimaksud dengan segregasi yg terburu2 ?
Perintah rosul utk segregasi anak usia 10 th itu berdasarkan apa? Hadist atau apa? Bagaimana dgn pemisahan tempat tdr anak? Dari usia brapa?

Terima kasih.

Ust Aad:
Bunda Meli, segregasi seksual yang terburu-buru itu maksudnya adalah bahwa anak laki-laki dan anak perempuan telah dipisahkan aktivitasnya terlalu dini.

Misalnya TK pun sudah begitu dipisahkan mana laki-laki mana perempuan. padahal hadits Rasulullah jelas mengatakan bahwa "ajarilah anakmu shalat pada saat dia berusia 7 tahun, dan pukullah pada saat (tidak shalat) berusia 10 tahun, dan pisahkanlah tidur mereka (antara anak laki-laki dengan anak perempuan)".
Jadi hadis tersebut jelas menggambarkan bahwa segregasi seksual atau pemisahan seksual secara tegas itu terjadi pada usia 10 tahun
kenapa kita tidak perlu terburu-buru melakukan segregasi seksual ? agar anak-anak kita itu mampu membedakan mana laki-laki mana perempuan. laki-laki itu secara fisik seperti apa, perempuan seperti apa. perilakunya seperti apa, perbedaannya seperti apa. Biarkan saja secara naluriah laki-laki menyenangi yang perempuan dan perempuan menyenangi yang laki-laki.itu naluriah.
Betapa banyaknya kasus di sekolah sekolah Islam saat ini, dimana anak laki-laki menyukai anak perempuan, lalu diomelin.  Anak perempuan menyukai anak laki-laki, lalu diomelin. akibatnya mereka menganggap bahwa menyenangi lawan jenis itu adalah sesuatu yang keliru. Ini adalah benih benih dari terjadinya LGBT.

Ust Andriano Rusfi, perkenalkan saya Yani :
Banyak orang pintar tp banci akibat kesalahan pola asuh. Dlm Community Based Education (CBE), pola asuh akil baligh ada peran komunitas yg sangat berarti. Sedangkan di negara kita, beberapa pihak terkait belum bisa bersinergi. Beban akademis yg berat, meskipun di lingkungan Pondok Pesantren, mungkin bisa memunculkan jg masalah LGBT ini. Langkah apa yg ditempuh agar beberapa pihak bisa bersinergi untuk melindungi generasi dari bahaya LGBT ini terutama untuk generasi akil baligh?


Ust Aad:
Bunda Yani, Seperti yang saya sampaikan dalam pengantar, salah satu penyebab munculnya perilaku LGBT adalah kecenderungan akademisi yang terlalu tinggi.

Anak hanya disuruh belajar belajar belajar dan belajar. anak laki-laki tidak pernah diizinkan, misalnya, memotong rumput, mengangkat sesuatu yang berat. anak perempuan tidak diizinkan membantu ibunya memasak,  melakukan aktivitas aktivitas menjahit dan sebagainya, karena semua itu dianggap mengganggu pelajaran
Kita terlalu mendewa-dewakan dunia akademik, akhirnya muncul anak-anak pintar tapi nggak jelas orientasi seksualnya, tidak jelas identitas seksualnya
itu yang menyebabkan Kenapa mereka mereka yang lgbt punya kecenderungan cerdas cerdas dengan nilai-nilai akademik yang tinggi, prestasi-prestasi di dunia perkuliahan yang tinggi, karena mereka dari kecil memang hanya diminta belajar belajar dan belajar. Ini kesalahan kita!

Tentang pondok pesantren juga begitu. Anak-anak kita belum aqil baligh, mereka sudah baligh, tapi belum Aqil, dan kita begitu terburu-buru memasukkan mereka ke dalam Pesantren.

Mereka belum kokoh Sebagai pribadi, belum kokoh struktur egonya,  belum Kokoh identitas dan orientasi Dirinya, tiba-tiba dia masuk ke dalam satu pendidikan satu jenis kelamin (uniseks), di mana mereka bersama-sama di dalamnya. Padahal mereka sudah memiliki hasrat hasrat seksual sebagai manusia, dan akhirnya dilampiaskan kepada sejenis.

Jadi saya sangat berharap bahwa kalau kita ingin memasukkan anak-anak kita ke pesantren, masukkanlah setelah kita yakin bahwa anak kita telah dewasa, setelah akil baligh telah memiliki identitas dan orientasi diri yang jelas setelah itu terjadi,  silahkan pesantrenkan.

Kita jangan pernah menunggu-nunggu pemerintah merubah kebijakan kurikulumnya, mengurangi beban beban akademik dan sebagainya. mari kita mulai dari diri sendiri. mari kita mulai dari komunitas kita sendiri

Assalamu'alaikum, Ustadz
Pola asuh yang bagaimana yang dapat menimbulkan Biseks pada anak? Dan, apakah Biseks sama dengan Same Sex Attraction (SSA) ?

Ust Aad: Pada dasarnya perilaku biseks adalah perilaku yang lahir dari sebuah petualangan seksual. Jadi sebenarnya faktor pergaulan, faktor pola pikir lebih berpengaruh pada perilaku biseksual ini pada perempuan biseks biasanya lebih disebabkan karena mereka tidak mendapatkan kepuasan seksual dari lawan jenisnya, dari laki-laki. Laki-laki cenderung terlalu egois. dia hanya minta dipuaskan secara seksual, dan sebaliknya dia tidak memberikan kepuasan seksual kepada perempuan.  akibat dari kekecewaan tersebut, maka mereka mulai mencari kepuasan kepada sesama perempuan, karena mereka menganggap perempuan jauh lebih mengerti Bagaimana memuaskan perempuan lain secara seksual.

Beberapa pola asuh yang dapat membuat seorang anak menjadi Biseksual adalah pengawasan yang buruk, sehingga anak menonton tayangan-tayangan porno yang menceritakan perilaku-perilaku sejenis padahal sebenarnya kecenderungan dia bersifat normal alias heteroseks.

Selain itu Perilaku biseksual itu dalam perspektif pola asuh bisa juga disebabkan karena peran-peran antara ayah dan bunda di rumah tidak jelas, begitu rancu atau misalnya ada satu peran yang hilang dalam rumah. seorang anak perempuan hanya hidup dengan ibunya, ayahnya tidak hadir karena berbagai macam alasan, sehingga dia hanya mengerti tentang perempuan, dia mencintai perempuan lain seperti dia mencintai ibunya, walaupun sistem keyakinan yang dimiliki sebenarnya adalah heteroseksual.

Same sex attraction atau SSA pada dasarnya adalah perilaku homoseksual, tapi masih dalam batas batas di permukaan,  lebih kepada bersifat gaya-gayaan, eksperimentasi dan pertualangan seksual saja . 
tapi jika itu diikuti terus-menerus lama-lama ya menjadi homoseks beneran.


Penutup
🎤Yang terakhir mohon berkenan  Ustadz memberikan closing statement ttg
"sikap apa yang harus ibu-ibu ambil didalam menjaga putra putri menghadapi gerakan LGBT ini?"

Adriano Rusfi: 
Para Bunda sekalian yang dirahmati Allah, yang pertama harus kita miliki adalah ridha kepada setiap anak yang Allah telah titipkan kepada kita, Apakah dia laki-laki atau dia perempuan.

Ketidakridhaan terhadap jenis kelamin anak yang telah Allah titipkan kepada kita, seringkali merupakan asal muasal pola asuh yang keliru. Kemudian yang kedua, Mari kita berhati-hati dalam memperlakukan anak, terutama pada usia dini. karena setiap trauma yang dimiliki oleh anak ketika dia masih kecil, itu memiliki dampak penyimpangan perilaku yang bermacam-macam, termasuk diantaranya adalah lgbt.
yang ketiga tolong pahamkan dengan baik kepada anak tentang nilai-nilai dasar ajaran Islam, apa apa yang Allah ridha dan apa-apa Ya Allah Benci
D
an kemudian yang terakhir Mari kita jaga pergaulan anak-anak kita. mari kita jaga tontonan anak-anak kita, dan Mari kita jaga apa apa yang didengar oleh anak-anak kita
dan jangan lupa kita berdoa dan bertawakal kepada Allah,  karena hanya Allah yang bisa membantu dan membimbing kita menghadapi kehidupan yang semakin berat dan edan ini terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

🎤 Alhamdulillah...terima kasih

Post a Comment for "TEGAS TERHADAP PERILAKU ANAK (TOLAK LGBT)"