Mengakuinya Tapi Menaatinya

MENGAKUINYA TAPI MENAATINYA....

Kita mengaku bahwa Rosulullah Salallahu Alaihi wa sallam adalah Tuntunan kita, tapi kenapa kita enggan mentaati perintahnya...

Allah ta'ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

"Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian". (QS. Alu Imron: 31).

Salah satunya adalah perihal meluruskan Shaf dalam Sholat...

Ini perintah Rosulullah Salallahu Alaihi wa sallam...Bukan hanya sunnah hukumnya tapi wajib.

Dari Abu Mas'ud al Badri, ia berkata: Dahulu Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam biasa mengusap bahu-bahu kami, ketika akan memulai shalat, seraya beliau bersabda: "Luruskan shafmu dan janganlah kamu berantakan dalam shaf; sehingga hal itu membuat hati kamu juga akan saling berselisih". (Shahih: Muslim no. 432).

Dan dari Nu'man bin Basyir, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Hendaklah kamu benar-benar meluruskan shafmu, atau (kalau tidak; maka) Allah akan jadikan perselisihan di antaramu. (Muttafaq 'Alaihi: Bukhari no. 717 dan Muslim no. 436).

ATSAR DARI PARA SHAHABAT DAN PERNYATAAN IMAM SYAFII
—————————————————–
Para Shahabat telah mengamalkan Sunnah Nabi shallallahu'alaihi wa sallam di atas, dimana Imam Syafi'i telah menyatakan di dalam kitabnya al Umm (I: 223) bahwa 'Utsman bin Affan berkata:

"Apabila Imam telah berdiri berkhutbah pada hari Jum'at, maka dengarkanlah dengan seksama dan diamlah, karena hukum orang yang dapat mendengarkan khutbah sama halnya dengan mereka yang tidak dapat mendengarkannya (yakni; sama-sama diperintah untuk diam dan mendengar). Bila dikumandangkan qamat, maka rapikanlah shaf (makmum), dan sejajarkanlah bahu-bahu mereka; karena lurus (dan rapatnya) shaf termasuk hal yang dapat menyempurnakan shalat". (Diriwayatkan pula oleh Malik di Muwaththa' no. 234).

Dahulu 'Utsman (bin Affan yang bertindak sebagai khalifah dan sekaligus imam shalat pada saat itu) tidak memulai untuk bertakbir (memulai shalat), sehingga datang petugas-petugasnya yang telah ditugasi untuk merapihkan shaf, dan mereka telah melaporkan bahwa shaf selesai (dirapihkan dan) diluruskan, maka baru kemudian beliau bertakbir memulai shalatnya.

Diantara kesalahan yang sering dilakukan oleh kaum muslimin dalam hal ini adalah sebagai berikut:
– Mereka tidak meluruskan dan merapatkan shaf, dengan bahu, lutut dan mata kaki.

– Bahkan sebagian kita tidak mau kalau kakinya ditempelkan dengan kaki yang ada di sebelahnya. kenapa susah betul, padahal meluruskan Shaf adalah kesempurnaan dari Sholat kita...untuk apa Sholat berjamaah kalau hanya asal asalan gak mau dapat pahala sempurna 

– kita biasa shalat di sejadah mereka masing-masing, tanpa mau merapatkan shaf dengan yang ada di sebelahnya.

– Keyakinan sebagian mereka bahwa satu makmum dengan lainnya harus berjarak kurang lebih 4 jari, padahal para shahabat justru merapatkan bahu dan kaki mereka dengan yang berada di sebelahnya.

– Imam biasanya hanya berkata: "Luruskan dan rapatkan shaf" atau "istawu, istawu" tanpa dia memperhatikan keadaan makmum; apakah benar-benar sudah lurus dan rapat atau belum...

Kenapa tidak mau mendapatkan nilai sempurna...kenapa puas dengan nilai kecil ?

Kenapa urusan dunia kita mau dapat hasil yang memuaskan sedangkan urusan Akhirat kita Asal asalan...

Tanya pada diri kita Apakah kita termasuk orang-orang yang MENGAKUINYA TAPI TIDAK MENAATINYA? 

مَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

"Barangsiapa menyambung suatu shaf, niscaya Allah menyambungnya (dengan rahmatNya). Dan barangsiapa yang memutuskan suatu shaf, niscaya Allah akan memutuskan Dari Rahmat-Nya  (HR An Nasai)

Post a Comment for "Mengakuinya Tapi Menaatinya"